Ngobrol di chat room dulu jadi kegiatan utama kalau main internet. Dulu, waktu internet masih baru lahir, ngobrol jadi cara terbaik untuk mengusir kebosanan. Plus, sebelum dikuasai situs kamera xxx, server video chat juga media terbaik untuk ketemu dengan cewek seksi dan horny yang mungkin mau menunjukkan toketnya kalau kita beruntung. Atau, paling tidak buat teman ngobrol yang cantik. Entah berapa ratus jam yang kuhabiskan di chat room waktu masih remaja canggung 13 tahun.

Andalanku dulu adalah chat room AOL Instant Messenger. Waktu masih top. Aku yakin sekarang juga masih bisa didownload gratis, kalau ada yang mau nostalgia. Tapi sayangnya tidak banyak cewek horny di chat room AIM. Apalagi waktu remaja dulu aku terlalu kaku untuk mencoba merayu cewek supaya mau mengirim foto bugil atau semacamnya. Tapi, aku berhasil masuk sesi yang lumayan hot walaupun canggung. Jadi, tidak sepenuhnya sia-sia juga.

Ternyata, orang lain pakai situs video chat Omegle. Bangsat. Tidak ada yang bilang. Sedihnya aku tidak bisa ikut menikmati masa-masa keemasan Omegle. Tapi, dari yang kudengar (dan dari yang kulihat karena masih ada beberapa obrolan Omegle lama yang memperlihatkan cewek seksi menggosok klitoris atau menunjukkan toket) tempat ini asyik untuk mengisi waktu, dengan kemungkinan coli bersama cewek-cewek seksi dari seluruh dunia.

Apa dulu kalian harus rela ketemu sesama laki-laki sebelum bisa menemukan cewek seksi? Jelas ya, tapi begitulah yang terjadi pada situs seperti ini. Mayoritas penggunanya otomatis laki-laki, sebagian besar alasannya adalah karena kita tidak peduli siapa yang bakal melihat kita ngocok, dan kalau kebetulan ketemu wanita cantik yang mau gabung masturbasi sama-sama, bonus!

Tapi, dalam masa kejayaannya pun Omegle tetap saja seperti judi. Ini karena Omegle mengatur pertemuan feed kamera web secara acak. Sayangnya, tidak pernah ada cara mencari atau mengubah pengaturan supaya kita hanya ketemu cewek. Aku tidak tahu kenapa mereka tidak pernah membuat pengaturan itu. Agak bodoh sebenarnya. Tapi kurasa itu bagian daya tarik Omegle, setuju? Risiko. Kita tidak pernah tahu bakal dapat apa. Menurutku itu menarik. Kalau saja kemungkinan ketemu penis tidak 75% setiap kali mencoba.

Video Chat Random 100% Gratis

Yang mengejutkan, Omegle masih eksis sampai sekarang. Heran? Siapa yang menduga mereka masih ada? Kupikir mereka sudah lenyap ditelan serbuan situs kamera dewasa yang baru. Tapi, Omegle gratis, sementara situs kamera lain bisa menguras isi rekening sama cepatnya dengan menguras isi biji kita. Jadi, aku bisa paham kenapa Omegle masih banyak peminatnya. Selain itu, daya tarik lainnya mirip AIM: faktor nostalgia. Aku penasaran apa ada cewek-cewek yang dulu sering asyik-asyikan dengan orang asing di Omegle waktu umur 18 atau 19 sesekali masih ke sini untuk mengenang masa muda.

Kurasa cuma ada satu cara kalau mau tahu. Kita harus melihat apa yang ditawarkan Omegle sekarang. Semoga lebih baik daripada situs obrolan lain, yang sekarang seperti kota hantu digital, yang cuma diisi bot, laki-laki kesepian, tukang spam, dan kalau didengar baik-baik, suara gaung lemah dari penghuninya di masa lalu.

Desain Ketinggalan Zaman, Bagian Khusus Dewasa Sulit Dicari

Ketika mendarat di halaman depan Omegle, tempat ini terkesan tidak banyak dipelihara atau dimodernisasi sejak masa jayanya. Fon dan kombinasi warna yang norak itu masih ada (biru dan jingga, siapa yang menganggap paduan warna itu cocok?). Latarnya warna cokelat muda membosankan, dan semua hal di halaman depan dijejalkan dalam boks kecil di tengah. Entah apa alasannya, di sana ada bendera Amerika dan pengumuman bahwa Omegle bisa dipakai di ponsel atau tablet tanpa aplikasi. Bunyinya, “Situs ini bisa jalan di perangkat mobile”, dan mereka tidak bohong. Aku terkesan situs ini bisa diadaptasikan pada perangkat mobile dengan mulusnya.

Selain itu juga banyak peringatan bahwa video chat dimonitor. Mereka mendorong pengguna untuk main bersih. Baiklah. Aku yakin penggunanya main bersih. Tapi, aku paham kenapa mereka perlu menegaskan lagi. Selama bertahun-tahun, Omegle punya reputasi sebagai lingkungan yang memungkinkan berkumpulnya pedofil dan predator seksual. Dulu, para orang tua memprotes keras keberadaan situs ini (dan situs sejenisnya). Dan akhirnya, pria tua mengerikan menggunakan Omegle untuk meyakinkan cewek di bawah umur untuk memperlihatkan toketnya atau, yang lebih parah, ketemu langsung. Paling tidak akhirnya mereka mengambil tindakan untuk mencegah kasus seperti itu. Menurut pendapatku pribadi, mereka harus melacak semua pedofil berdasarkan geolokasi dan menyewa pembunuh profesional untuk menanamkan peluru di belakang kepala mereka. Tidak ada yang akan kehilangan sampah masyarakat seperti itu.

Sekarang, kalian masih bisa mengakses bagian “Adult” atau tanpa moderator, tapi tidak mudah ditemukan. Kalau mengeklik “Adult”, kalian akan dibawa ke halaman palsu yang mengajak kalian mendaftar dengan alamat email .Jangan tertipu, itu cuma upaya untuk mendapat informasi kalian. Sebaliknya, klik “Unmoderated Section”. Di situlah Omegle asli. Tapi tunggu dulu, apa itu?

Sudah Kuduga…

Ya, mungkin kalian juga sudah bisa menebak. Kontol. Dan bukan kontol biasa. Ini kontol bule obesitas dengan daging berlipat-lipat, duduk canggung di kursi, dan menunjukkan penis ukuran mikro dengan kebanggaan luar biasa. Menjijikkan, gambaran itu bakal menghantuiku sampai ke liang lahat. Untungnya, aku bisa keluar dari chat room itu sebelum bisa mencerna penampakan tadi. Bangsat, kasihan cewek-cewek Omegle yang bakal jadi korban kekerasan virtual itu.

Seperti yang bisa kalian duga, makin banyak kamera yang kuklik, makin banyak penis yang muncul, atau laki-laki tanpa baju atau bapak-bapak gemuk pakai singlet. Tidak ada wanita satu pun. Dan itu luar biasa, mengingat fakta bahwa ketika aku mengunjungi Omegle, situs ini mengklaim ada 19.000+ orang yang online. Dari jumlah sebanyak itu, pastinya ada beberapa cewek, kan? Hukum probabilitas mengatakan harusnya ada cewek. Tapi, aku tidak melihat satu pun makhluk cantik. Dan jelas aku tidak mau bertahan lebih lama. Terlalu banyak penis yang harus kulihat hingga lebih baik menyerah saja, bagus aku ke situs lesbian untuk mencari udara segar (menurut pengalamanku di Omegle, batas yang bisa kutoleransi adalah 5 makhluk jantan dan burungnya].

Omegle juga menawarkan opsi mengobrol via teks saja, tapi pengaturan acaknya sama, bedanya cuma kalian tidak akan melihat kontol mini, cuma teks. Dan semua yang kutemui di sini wanita. Kira-kira. Kalau bukan bot, berarti cewek-cewek yang merayu kalian ke akun Snapchat premium mereka. Rayuan macam “Temui aku di...” lalu hilang. Ada juga yang bilang “Kirim pesan di SC” diiringi nama pengguna lalu hilang juga. Sejauh yang kulihat tidak ada tanda-tanda cewek horny yang minta dihibur saat itu juga. Mengecewakan.

Kalian bisa coba fitur baru Omegle untuk mencantumkan minat. Omegle mengklaim bahwa mereka akan mempertemukan kalian dengan orang yang punya minat sama. Tapi, ini pun sepertinya sia-sia. Karena kalau bilang berminat dengan “seks”, siapa yang datang? Iya, sesama laki-laki.

Secara keseluruhan, Omegle (banyak yang salah eja jadi "omegal", "omeagle", "omegele", "omgele", dan "omegel") tetap bisa jadi pelarian sempurna untuk mengisi waktu seperti zaman dulu. Perbedaannya sekarang adalah sulit ketemu cewek di sini!